Al Aqidah Al Wasithiyah · Halaqah Silsilah Ilmiyyah

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah – Halaqah 97 | Hadits-Hadits yang Berkaitan dengan Penjelasan Nama dan Sifat Allah – Hadits 3 dan 4 Tentang Sifat Tertawa dan Heran Bagi Allah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه

Halaqah yang ke sembilan puluh tujuh dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Hadits-hadits yang merupakan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allāh ﷻ.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh,

وَقَوْلُهُ: صلى الله عليه وسلم

dan sabda Beliau ﷺ

((يَضْحَكُ اللَّهُ إلى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أحَدُهُما الآخَرَ يَدْخُلَانِ الجَنَّةَ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Allāh ﷻ tertawa kepada dua orang laki-laki, salah satu diantara keduanya membunuh yang lain, keduanya masuk ke dalam surga.

Di dalam hadits ini Beliau ﷺ mengabarkan satu diantara sifat Allāh ﷻ yaitu ضحك (tertawa) dan hadits ini muttafaqun ‘alaih, diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim, hadits yang shahih.

يَضْحَكُ ini adalah fi’il dan fa’ilnya adalah Allāh ﷻ, menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ diantara sifatnya adalah sifat ضحك maka ahlus sunnah menetapkan sifat ini bagi Allāh ﷻ sesuai dengan keagungan-Nya tidak sama dengan tertawa yang dimiliki oleh makhluk.

Sifat ضحك ini sesuatu yang ma’lum maknanya. Bagaimana Allāh ﷻ tertawa, sesuatu yang tidak kita ketahui, dan mengimani bahwasanya Allāh ﷻ tertawa maka ini adalah sebuah kewajiban dan menanyakan bagaimana Allāh ﷻ tertawa, maka ini adalah sesuatu yang bid’ah.

Haditsnya shahih tidak boleh kita mengingkarinya dan tidak boleh kita mentahrifnya (merubahnya) demikian pula tidak boleh kita mentasybih (menyerupakan) tertawanya Allāh ﷻ dengan tertawanya makhluk.

Allāh ﷻ tertawa kepada dua orang laki-laki dimana salah satu diantara keduanya membunuh yang lain. Dan kita tahu membunuh seorang Muslim adalah perkara yang diharamkan di dalam agama. Membunuh jiwa yang dijaga dan diharamkan oleh Allāh ﷻ adalah perkara yang diharamkan dan masuk dosa besar, tapi Allāh ﷻ tertawa kepada keduanya baik yang membunuh maupun yang dibunuh, dan ini menunjukkan tentang keridhaan Allāh ﷻ terhadap keduanya.

يَدْخُلَانِ الجَنَّةَ

Keduanya masuk ke dalam surga.

Karena yang namanya tertawa ini ada sebabnya, diantara sebabnya adalah sesuatu tersebut keluar dari apa yang biasanya sehingga menyebabkan seseorang tertawa. Kalau sesuatu yang biasa maka dia tidak tertawa, tapi dia keluar dari sesuatu yang biasanya, biasanya yang membunuh dan yang dibunuh lain keadaannya, yang dibunuh masuk ke dalam surga misalnya yang membunuh masuk ke dalam neraka karena dia yang mendzhalimi, tapi ini keduanya masuk ke dalam surga. Berarti di sini keluar dari biasanya, dua-duanya masuk ke dalam surga.
Kalau kita melihat lafadz haditsnya disebutkan,

يَضْحَكُ اللَّهُ إلى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أحَدُهُما الآخَرَ يَدْخُلَانِ الجَنَّةَ

Setelahnya Beliau ﷺ menyebutkan tentang sebabnya, bagaimana bisa yang membunuh maupun yang dibunuh masuk ke dalam surga.

يقاتلُ هذا في سبيل الله

Yang ini (seorang muslim) berperang di jalan Allāh,

فيُقْتَلُ

kemudian dia terbunuh, berarti dia syahid dan orang yang syahid berarti dia masuk ke dalam surga.

ثم يتوبُ اللهُ على القاتلِ فيُسْلِمُ

Kemudian Allāh ﷻ memberikan taubat kepada yang membunuh, awalnya dia kafir kemudian Allāh ﷻ berikan taubat kepadanya,

فَيُسْتَشْهَدُ
kemudian akhirnya dia pun mati syahid, berperang di jalan Allāh ﷻ kemudian dia meninggal dan mati syahid.

Sebelumnya dia membunuh seorang Muslim dan ini tentunya adalah dosa dan dia dalam keadaan kufur, kemudian Allāh ﷻ memberikan karunia kepadanya, dibuka baginya pintu taubat dan diberikan taufik untuk bertaubat kepada Allāh ﷻ akhirnya dia masuk ke dalam agama Islam dan berperang di jalan Allāh ﷻ kemudian meninggal dunia (mati syahid) dan tempat kembalinya adalah surga.

Berarti baik yang terbunuh maupun yang membunuh dua-duanya masuk ke dalam surga maka Allāh ﷻ tertawa kepada dua orang yang salah satu diantara keduanya membunuh yang lain kemudian dua-duanya masuk ke surga.

Dan ini banyak, yang sebelumnya dia kafir kemudian dia berperang dan membunuh seorang Muslim kemudian dia masuk ke dalam agama Islam dan meninggal juga fī sabīlillāh, memperjuangkan dan menegakkan kalimat Allāh ﷻ. Maka hadits ini adalah hadits shahih menunjukkan tentang sifat diantara sifat-sifat Allāh ﷻ yaitu sifat Adh-Dhahik (tertawa) bagi Allāh ﷻ.

Kemudian selanjutnya adalah sifat Al-‘Ajab.

وَقَوْلُهُ
dan sabda Nabi ﷺ

عَجِبَ رَبُّنَا مِنْ قُنُوطِ عِبَادِهِ وَقُرْبِ خَيْرِهِ

Allāh ﷻ Rabb kita ta’ajub (heran atau kagum) dari putus asanya hamba-hambanya, قُنُوط artinya adalah putus asa

وَقُرْبِ غيرِهِ

dan dekatnya perubahan yang Allāh ﷻ akan lakukan.

Allāh ﷻ terheran atau kagum terhadap keputusasaan yang ada pada sebagian hamba-hamba Allāh ﷻ. Mereka tertimpa sebuah musibah misalnya kemarau yang sangat panjang dalam keadaan mereka sudah putus asa dengan keadaan, padahal Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Tahu bahwasanya sebentar lagi akan ada perubahan. Mereka akan dikeluarkan oleh Allāh ﷻ dari kemarau yang panjang misalnya, dari sesuatu yang sangat sulit bagi mereka.

يَنْظُرُ إِلَيْكُمْ أَزلينَ قَنِطِينَ

Allāh ﷻ melihat kalian dalam keadaan أَزلينَ (sangat susah), أَزل artinya adalah الضيق (kesempitan), أَزلينَ ini adalah حال (keadaan) mereka yaitu dalam keadaan sempit dan kesusahan قَنِطِينَ (dalam keadaan putus asa).

Dan عجب di sini bukan berarti Allāh ﷻ tidak mengetahui sebabnya. Kalau makhluk terheran-heran itu biasanya karena kita tidak mengetahui sebabnya, sehingga dikatakan,

اذا علم السبب بطل العجب

Apabila sudah diketahui sebabnya maka akan hilang ta’ajub kita.

Seseorang misalnya melihat yang memiliki sesuatu permainan kemudian kok bisa terjadi seperti ini, tapi setelah kita diberitahu tentang rahasianya maka setelah itu kita tidak akan heran lagi. Berarti keheranan di sini ini karena ketidaktahuan sehingga dikatakan,

اذا علم السبب بطل العجب

Apabila diketahui sebabnya maka hilang keheranan kita.

Tapi di sini Allāh ﷻ memiliki sifat heran bukan karena Allāh ﷻ tidak tahu, tapi ini berdasarkan ilmu Allāh ﷻ. Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Mengetahui.

يَنْظُرُ إِلَيْكُمْ أَزلينَ قَنِطِينَ

Melihat kepada kalian dalam keadaan kesusahan dalam keadaan sudah putus asa dengan yang terjadi.

فيظل يَنْظُرُ إِلَيْكُمْ يضحك

Maka Allāh ﷻ melihat kepada kalian dalam keadaan tertawa.

يَعْلَمُ أَنَّ فَرَجَكُمْ قَرِيبٌ

Allāh ﷻ mengetahui bahwasanya keluarnya kalian dari kesusahan ini adalah sangat dekat.

Maka di sini ada penetapan sifat ‘ajab bagi Allāh ﷻ itu yang pertama, kemudian di sini ada penetapan sifat An-Nadzhar bagi Allāh ﷻ (يَنْظُرُ إِلَيْكُمْ) kemudian juga sifat dhahik Allāh ﷻ (فيظل يَنْظُرُ إِلَيْكُمْ يضحك), ada sifat Al-‘Ilm bagi Allāh ﷻ (يَعْلَمُ أَنَّ فَرَجَكُمْ قَرِيبٌ). Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan Syaikhul Islam mengatakan di sini

حَدِيثٌ حَسَنٌ

hadits ini adalah hadits yang hasan.

Di dalam lafadz Ibnu Majah disebutkan ضحك رَبُّنَا bukan عَجِبَ رَبُّنَا

ضحك ربنا من قنوط عباده وقرب غيره

Rabb kita tertawa terhadap putus asa sebagian hambanya dan dekatnya perubahan.

قال قلت: يا رسول الله! أو يضحك الرب؟

Kemudian aku berkata (Abu Razīn) Wahai Rasulullāh ﷺ Apakah Allāh ﷻ tertawa?

قال: نعم
Maka Nabi ﷺ mengatakan Iya.

قلت: لن نعدم من رب يضحك خيراً

Maka Abu Razīn mengatakan, kami tidak akan kehilangan kebaikan dari Rabb yang tertawa.

Maka hadits ini seandainya dia adalah hadits yang tetap sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam yaitu hadits yang hasan, maka menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat dhahik, dan kalau dia datang dengan lafadz ‘ajiba berarti menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Al-‘Ajab.

Dan sebagian ulama ada yang mendhaifkan, seandainya dia adalah hadits yang dhaif maka sifat Al-‘Ajab bagi Allāh ﷻ ditetapkan dalam sebuah ayat, Firman Allāh ﷻ dalam surat Ash-Shaffat ayat yang ke 12.

بَلۡ عَجِبۡتَ وَيَسۡخَرُونَ

Akan tetapi engkau heran dan mereka mengolok-olok.

Abdullah ibn Mas’ud radhiallāhu ta’ala ‘anhu membacanya,

بَلۡ عَجِبۡتُ وَيَسۡخَرُونَ

Akan tetapi Aku heran dan mereka mengolok-olok.

Seandainya hadits tadi adalah hadits yang dhaif maka sifat Al-‘Ajab bagi Allāh ﷻ ada di dalam ayat qira’ah Abdullah ibn Mas’ud. Bahkan di sana ada hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan haditsnya adalah hadits yang hasan lighairih dimana Rasulullāh ﷺ mengatakan,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

Sesungguhnya Allāh ﷻ heran terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki صَبْوَةٌ (keinginan untuk mengikuti hawa nafsu), yaitu seorang pemuda yang sholeh seorang pemuda yang bertakwa kepada Allāh ﷻ, tidak seperti pemuda-pemuda yang lain yang mereka di masa-masa seperti itu dalam keadaan kuat-kuatnya badan masih sehat banyak waktu luang, kebanyakan diantara mereka mengikuti hawa nafsunya, mengikuti syahwatnya dan ini yang terjadi. Tapi pemuda ini dia tidak memiliki keinginan untuk melampiaskan seluruh hawa nafsunya. Dia memiliki hawa nafsu tapi dia menahannya karena Allāh ﷻ. Maka Allāh ﷻ heran terhadap pemuda yang demikian. Hadits ini hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dan dia adalah hasan lighairih menunjukkan tentang tetapnya sifat Al-‘Ajab bagi Allāh ﷻ.

Jadi intinya hadits ini ada yang mengatakan hasan dan ada yang mengatakan dhaif. Kalau dia adalah hadits yang hasan maka menunjukkan tentang sifat Al-‘Ajab bagi Allāh ﷻ, dan sifat An-Nadzhar bagi Allāh ﷻ ada di dalam dalil yang lain, sifat yadhak demikian pula ada di dalam hadits yang sebelumnya, kemudian juga sifat Al-‘Ilm juga ada di dalam dalil yang lain.
Kalau seandainya hasan maka menetapkan sifat-sifat yang tadi. Kalau dia adalah hadits yang dhaif maka sifat ‘ajab ada di dalam Al-Qur’an dan juga ada di dalam hadits yang lain.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, semoga bermanfaat, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullah Roy
Di Kota Jember

Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy.

Leave a comment